PR CIREBON - Tiongkok melaporkan adanya wabah demam babi Afrika di wilayah Xinjiang.
Hal itu dilaporkan oleh Kementerian Pertanian Tiongkok pada Senin, 5 April 2021.
Wabah terjadi di sebuah peternakan Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang dengan 599 babi.
Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Tanpa sang Suami, Celine Evangelista Ungkap Harapan Rumah Tangga dengan Stefan William
Kementerian melaporkan bahwa, tiga puluh tiga babi terinfeksi dan enam mati.
Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al-Arabiya, ia menambahkan bahwa babi hidup yang tersisa di daerah yang terkena dampak dimusnahkan.
Gelombang wabah demam babi Afrika tahun ini telah memusnahkan setidaknya 20 persen dari kawanan pembiakan di China utara.
Baca Juga: Atta Halilintar Buka Suara Soal Kritik pada Acara Pernikahannya dengan Aurel Hermansyah: Itulah Hidup
Sumber industri dan analis menyampaikan, itu melebihi perkiraan kerugian dan meningkatkan kekhawatiran tentang potensi dampak yang lebih lanjut di selatan.
Perkiraan menunjukkan sejauh mana penyebaran penyakit pada kuartal pertama 2021, setelah lebih dari satu tahun penurunan wabah.
Menandai kemunduran yang signifikan bagi upaya Tiongkok, dalam mengisi kembali kawanan babi setelah demam babi Afrika mencapai negara tersebut pada Agustus 2018.
Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Tanda Tangani UU untuk Tetap Menjabat hingga 2036
Saat itu, wabah tersebut memusnahkan populasi babi sebanyak 50 persen di negara Tirai Bambu dalam setahun.
Dampak virus melambat pada akhir 2019 karena adanya penurunan jumlah babi.
Selain itu, produsen besar belajar untuk meminimalkan penyebarannya dengan menyingkirkan babi yang terinfeksi dari kawanannya lebih awal, proses yang oleh industri disebut 'pencabutan gigi'.***