PR CIREBON - Sepuluh tahun setelah bencana PLTN Fukushima Daiichi, industri nuklir Jepang tetap lumpuh.
Tak hanya itu, sebagian besar reaktor PLTN Fukushima Daiichi hingga saat ini dihentikan.
Pemerintah Jepang masih berharap akan adanya merevitalisasi sektor PLTN Fukushima Daiichi tersebut.
Baca Juga: Sidang Kasus Video Syur Dijadwalkan Pekan Depan, Gisel Berhalangan Hadir karena Alasan Ini
Sebagian untuk mengurangi ketergantungan negara pada impor energi serta membantu memenuhi tujuan netralitas karbon pada tahun 2050.
Lantas bagaimana situasi di Fukushima?
Sekitar 5.000 orang masih bekerja setiap hari di PLTN Fukushima, setelah empat reaktor menjadi rusak parah akibat tsunami pada 11 Maret 2011.
Kerusakan yang terjadi di PLTN Fukushima Daiichi dipicu oleh adanya gempa dahsyat dan gelombang tsunami.
Besi-besi bekas masih terlihat berserakan di sekitar lokasi, termasuk di bagian atas reaktor nomor satu, yang atapnya lepas saat bencana.
Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Japan Today, tiga reaktor mencair di setiap bagian, penghitung mobile Geiger juga selalu berbunyi secara berkala.
Baca Juga: Najwa Shihab Dinobatkan Sebagai Wanita Paling Menginspirasi di Indonesia, Akui Pernah Merasa Cemburu
Baca Juga: Presenter Maria Vania Ungkap Terpesona dengan Sosok Kiwil: Mending Dicoba Sama Aku
Baca Juga: TEPCO Berhasil Kurangi Pembangkitan Air yang Teriradiasi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima
Sejauh ini, lingkungan reaktor telah dibersihkan, batang bahan bakar utuh telah dihilangkan dengan crane raksasa, dan tanggul beton baru sedang dibangun untuk melindungi dari tsunami.
Tetapi bagian tersulitnya adalah mengekstraksi hampir 900 ton bahan bakar cair yang bercampur dengan puing-puing radioaktif tinggi lainnya.
Pengembangan lengan robotik khusus di Inggris untuk digunakan dalam operasi tersebut ditunda karena adanya pandemi Covid-19.