Hindari Stres Berlebihan Guna Mencegah Alzheimer

- 22 September 2022, 15:42 WIB
Ilustrasi Alzheimer./pikiran-rakyat.com
Ilustrasi Alzheimer./pikiran-rakyat.com /

 

 
SABACIREBON-Anda sering mengalami stres? Hati-hati ...
 
Stres yang dimaksud disini bukan hanya kejiwaan, tapi juga fisik.
 
Stres yang berlebihan inilah yang dapat menimbulkan salah satu penyakit, yaitu Alzheimer. 
 
Alzhimer dianggap buruk, karena dianggap sebagai penyakit mental.
 
Dan penyakit ini tidak muncul secara tiba-tiba, walaupun penyakit ini sering menyerang usia lanjut. Akumulasi proses yang buruk diwaktu muda, dapat menimbulkan penyakit ini di usia lanjut.
 
Baca Juga: Usia Penderita Serangan Jantung di Indonesia Lebih Muda
 
Karenanya, perlu berhati-hati dengan berbagai kebiasaan buruk diwaktu muda.
 
Azheimer dikenal sebagai penyakit progresif yang menghancurkan memori dan fungsi mental penting lainnya.
 
Koneksi sel otak akan merosot dan mati, sehingga terlihat sebagai pribadi yang hilang ingatan dan kebingungan.
 
 
Belum ada pengobatan yang tepat, tetapi obat-obatan dan strategi manajemen sementara dapat meringankan gejala.
 
Dokter spesialis saraf dr. Pukovisa Prawiroharjo, SpS (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membenarkan hal itu.
 
Baca Juga: Sel Tahanan Ferdy Sambo Kosong Saat dikunjungi Najwa Shihab, Benarkah?
 
Faktor stres dan riwayat terbentur (stres fisik) dapat menimbulkan penyakit ini.

Bahkan juga  genetik atau keturunan, hipertensi, diabetes, dan faktor risiko masalah pembuluh darah lainnya," kata Pukovisa dilansir dari ANTARA, Rabu.

Juga  kebiasaan buruk saat di usia muda seperti merokok hingga stres, demikian penjelasan Guru Besar FK UNIKA Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, SpS (K).

“Penyebabnya multifaktor. Maksudnya banyak faktor risikonya.
 
Yang penting dicatat seringkali kan dianggap Alzheimer itu penyakit orang tua. Selalu berfikir faktor usia itu saat sudah tua. Padahal dari beberapa studi sudah jelas apa yang kita lakukan di usia muda atau pada fase awal kehidupan itu menjadi faktor risiko saat usia lanjut,” kata dia.
 
Baca Juga: Mantan Presiden AS Trump Kembali Terjerat Kasus Hukum

Yuda juga menambahkan,  beberapa penyakit vaskuler dapat memicu timbulnya Alzheimer. Misalnya seperti hipertensi, diabetes, bahkan hingga obesitas.

“Nah faktornya beberapa penyakit vaskuler. Seperti hipertensi, diabetes, obesitas. Physical inactivity juga maksudnya nggak bergerak gitu ya. Kemudian stres, merokok, termasuk hearing loss juga faktor risiko yang besar untuk terjadinya penurunan kognitif. Alkohol dan cedera kepala juga,” jelasnya.

Kemudian, faktor risiko cedera kepala juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan di Indonesia. Pasalnya, masih banyak pengendara motor khususnya roda dua yang tidak memperhatikan pentingnya memakai helm.

“Di Indonesia cedera kepala juga menjadi perhatian meskipun saya belum dapat datanya. Tapi kita bisa bayangkan. Kasus cedera kepala pasti cukup tinggi karena banyak kendaraan bermotor khususnya roda dua dan budaya helm di anak anak muda ini masih sedikit,” papar Yuda.
 
Baca Juga: November Bandara Kertajati Majalengka Mulai Melayani Penerbangan Umrah

Di samping itu, ternyata faktor psikis seseorang juga dapat memicu timbulnya Alzheimer. Misalnya merasa tidak dihargai, stres, depresi, bahkan orang yang sering berpikir negatif. Gangguan tidur pun juga bisa menjadi faktor penyakit Alzheimer.

Masalah kesehatan mental seperti merasa sendiri dan tidak dihargai juga bisa meningkatkan risiko Alzheimer, sama halnya seperti dengan pikiran negatif yang kerap mempengaruhi kehidupan sehari-hari, jelas Yuda.

"Misalnya anak nilainya bagus mikirnya pasti nyontek, dapat uang mikirnya hasil korupsi. Intinya repetitive negative thinking terhadap diri sendiri dan orang lain itu mempengaruhi,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, Yuda pun mengimbau masyarakat untuk mencegah timbulnya Alzheimer. Misalnya dengan meningkatkan aktivitas sosial seperti olahraga bersama, pengajian, dan lain sebagainya.
 
Baca Juga: KPK: Kontrol Korupsi Terhadap Papua Agar Masyarakatnya Sejahtera

"Itu tadi faktor risiko. Nah ada faktor protektif. Faktor protektif itu orang yang banyak aktivitas sosial, biasanya orang tua kan pengajian, arisan, olahraga bareng, aktivitas mental, fisik, spiritual gitu. Jadi artinya perbanyak faktor protektif, hindari faktor risiko,” tutupnya.***


Editor: Aria Zetra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x