Kenali Orthorexia, Ketika Makanan Sehat Dapat Menyebabkan Kekurangan Gizi

- 21 Februari 2020, 11:52 WIB
ILUSTRASI makanan sehat.*
ILUSTRASI makanan sehat.* /Healtline//



PIKIRAN RAKYAT - Makanan yang sehat dapat menyebabkan peningkatan besar dalam kesehatan tubuh.

Namun, bagi sebagian orang, fokus pada makan sehat bisa menjadi gangguan makan yang dikenal sebagai orthorexia.

Seperti gangguan makan lainnya, orthorexia merupakan kondisi psikologis dan harus dibantu tenaga profesional untuk mengatasinya.

Baca Juga: Dipicu Curah Hujan yang Tinggi, Pergerakan Tanah Cipongkor Bandung Barat Akibatkan 105 Orang Warga Mengungsi

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Healthline, orthorexia atau orthorexia nervosa merupakan kelainan makan yang melibatkan obsesi tidak sehat terhadap makan sehat.

Tidak seperti gangguan makan lainnya, orthorexia kebanyakan berkisar pada kualitas makanan bukan kuantitas. Orang dengan orthorexia pada umumnya tidak fokus pada penurunan berat badan.

Sebaliknya, mereka memiliki fiksasi ekstrim dengan kemurnian makanan mereka, serta obsesi dengan manfaat makan sehat.

Beberapa tahun yang lalu, orthorexia menjadi sorotan media karena Jordan Younger, seorang blogger yang memiliki 70.000 pengikuti Instagram, tiba-tiba mengejutkan semua orang dengan menggambarkan motivasinya untuk makan sehat menjadi obsesif sampai-sampai kekurangan gizi.

Orthorexia mulai diakui oleh komunitas medis, meskipun belum secara resmi didefinisikan sebagai gangguan makan oleh American Psychiatric Association atau Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5).

Baca Juga: Blanko  KTP-el Hadir Kembali, Anak Berusia 17 Tahun Diimbau untuk Tidak Menunda-nunda Pembuatannya

Istilah ini pertama kali diciptakan pada tahun 1997 oleh dokter Amerika Steven Bratman dan berasal dari kata 'orthos' yang dalam bahasa Yunani berarti 'benar'.

Orang yang mengalami orthorexia mungkin mulai membuat perubahan gaya hidup dengan mengubah pola makan mereka untuk sekedar meningkatkan kesehatan mereka, tetapi pada penderita orthorexia, fokus ini menjadi lebih ekstrem.

Faktor risiko lain yang terjadi termasuk kecenderungan perfeksionisme, kecemasan tinggi, atau kebutuhan untuk kontrol.

Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa individu yang berfokus pada kesehatan untuk hidup mereka mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena orthorexia.

Contoh orthorexia yang sering terjadi biasanya dapat dilihat dari pekerja kesehatan, penyanyi opera, penari balet, musisi orkestra simfoni, dan atlet.

Baca Juga: Terus Dukung HIPMIKIMDO, Uu Sebut Keberadaannya Dapat Tingkatkan Ekonomi Jawa Barat

Risiko tersebut juga berlaku sesuai usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status sosial ekonomi, tetapi butuh penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum kesimpulan dapat dicapai.

Selain itu, kriteria tidak menilai apakah perilaku berdampak negatif terhadap kesehatan sosial, fisik, atau mental seseorang yang merupakan komponen penting dari orthorexia.

Antusiasme untuk makan sehat hanya menjadi orthorexia ketika berubah menjadi obsesi yang berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari, seperti penurunan berat badan yang ekstrem atau penolakan makan di luar bersama teman.

Ketika memperhitungkan efek negatif ini, tingkat orthorexia turun menjadi kurang dari 1 persen yang jauh lebih sejalan dengan tingkat gangguan makan lainnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Health Line


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x