Bahaya! Tidur Malam Kurang dari 6 Jam Berisiko Terkena Demensia, Berikut Penjelasannya

- 21 April 2021, 15:22 WIB
ILUSTRASI - Sebuah penelitian mengungkapkan jika tidur malam kurang dari enam jam berisiko terkena penyakit demensia dan kesehatan mental yang buruk.*
ILUSTRASI - Sebuah penelitian mengungkapkan jika tidur malam kurang dari enam jam berisiko terkena penyakit demensia dan kesehatan mental yang buruk.* /PEXELS/C Technical
PR CIREBON - Kurangnya tidur malam seringkali terlupakan oleh sebagian besar orang.
 
Ditambah lagi, karena padatnya aktivitas hingga larut malam, membuat jam tidur malam semakin kurang diperhatikan.
 
Kurangnya tidur malam dapat mengakibatkan risiko terkena penyakit demesia, yang berpengaruh pada konsistensi seseorang untuk tidur nyenyak. 
 
 
Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Guardian, para peneliti menemukan risiko demensia apabila tidur malam kurang dari 6 Jam secara berkelanjutan.
 
Hal tersebut, terlepas dari faktor risiko lain seperti jantung dan kondisi metabolisme serta kesehatan mental yang buruk.
 
Studi tersebut menjelaskan bahwa kurangnya jam tidur malam merupakan gejala awal penyakit demesia. 
 
 
Tetapi, beberapa ilmuwan percaya bahwa kurang tidur yang terus-menerus, setidaknya berkontribusi pada penyakit neurodegeneratif.
 
Para peneliti tidak mengetahui apakah memperbaiki tidur dapat mengurangi risiko demensia, tetapi tidur diketahui dapat membersihkan limbah beracun dari otak. 
 
Penulis studi di Universitas Paris Dr Séverine Sabia, mengatakan bahwa temuan ini menunjukan durasi tidur menjadi faktor risiko demesia di kemudian hari.  
 
 
Sabia dan rekannya menganalisis data survei dari studi Whitehall II University College London, yang diluncurkan pada tahun 1985 dan mengikuti kesehatan dan gaya hidup lebih dari 10.000 sukarelawan Inggris. 
 
Tim Prancis fokus pada hampir 8.000 peserta yang melaporkan pola tidur mereka sendiri, meskipun beberapa memakai perangkat seperti jam tangan untuk mengonfirmasi berapa lama mereka tidur.
 
Selama 25 tahun masa tindak lanjut, 521 peserta mengembangkan demensia, dengan sebagian besar didiagnosis pada akhir 70-an. 
 
 
Melalui jurnal Nature Communications, para ilmuwan menggambarkan bagaimana mereka yang secara rutin tidur enam jam atau kurang setiap malam.
 
Penemuan ini muncul setelah tim internasional melaporkan bahwa gangguan tidur yang parah hampir menggandakan risiko wanita meninggal akibat penyakit jantung, jika dibandingkan dengan populasi wanita pada umumnya.
 
Studi di European Heart Journal menemukan risiko untuk pria meningkat sekitar seperempat. 
 
 
Akibatnya, indeks massa tubuh dan sleep apnea yang mengganggu pernapasan.
 
Sementara itu, selain mengganggu ritme sirkadian alami tubuh, dapat mendorong penumpukan lemak di arteri yang dapat menyebabkan masalah kardiovaskular. 
 
Meskipun merokok, minum alkohol berat, dan obesitas merupakan faktor risiko demensia, kemungkinan terkena penyakit ini meningkat tajam seiring bertambahnya usia. 
 
 
Kemudian, resiko terkena Alzheimer atau demensia vaskular berlipat ganda kira-kira setiap lima tahun di atas usia 65 tahun.
 
Perubahan patologis pertama yang menyebabkan demensia terjadi satu hingga dua dekade sebelum penyakit menjadi jelas, karena protein lengket yang disebut amiloid dan tau terbentuk di otak. 
 
Ketika studi Whitehall II 1985 pertama kali menilai tidur sukarelawan yang kemudian mengembangkan demensia, proses ini mungkin belum dimulai. 
 
 
Ini berarti bahwa jika mereka tidur terlalu sedikit, kemungkinan besar itu disebabkan oleh perubahan otak terkait demensia.
 
Profesor psikiatri Robert Howard, mengatakan, “Selalu ada kemungkinan bahwa tidur yang buruk mungkin merupakan gejala yang sangat awal dari demensia," katanya.
 
Howard mengungkapkan bahwa penderita insomnia tidak perlu memikirkan banyak hal saat hendak tidur, karena hal yang membuat kita tidak khawatir bahwa akan mengalami depresi yaitu dengan menjaga pola tidur.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x