SABACIREBON- Dua puluh tahun lalu, Aman Suparman, masih menjadi pedagang kaki lima, penjual kaos kaki di Lapang Gasibu Bandung.
Untuk menjadi penjual kaos kaki, Aman Suparman harus mengambilnya dari Cigondewah. Membawanya menggunakan karung.
Namun dengan membawa karung besar, tidak semua angkot mau memberi Aman tumpangan karena dianggap ngaheurinan (bikin sesak) tempat duduk.
Tidak jarang Aman harus mengalah. Menyimpan karung berisi kaos kaki diatas kap angkot dan ia sendiri berdiri sambil memegangi karung.
Untuk berjualan sebagai pedagang kaki lima di lapang Gasibu setiap hari libur, Aman harus berjuang keras untuk memperoleh lapak berjualan.
Selain melapor ke penguasa lapak, tidak jarang Aman yang waktu itu masih menjadi mahasiswa sebuah perguruan tinggi, harus datang dari malam hari dan bermalam di sekitar lapang.
Baca Juga: Raisa : Make-up Bukan Sekadar Warna, Produk ataupun Keharusan, tapi...
Aman menjadi pedagang kaos kaki di Gasibu tanpa modal. Mengambil dahulu ke pabrik di Cigondewa, setelah laku baru setor.