Benarkah Sembuh dari Covid-19 dapat Diartikan Bahwa Tubuh Sudah Kebal Virus?

- 1 Desember 2020, 20:52 WIB
Ilustrasi Covid-19 (Pixabay)
Ilustrasi Covid-19 (Pixabay) /


PR CIREBON – Islandia yakni salah satu negara yang terdapat di benua Eropa baru-baru ini telah memperbolehkan wisatawan yang sudah pulih dari Covid-19 memasuki negaranya tanpa harus tes dan menjalani masa karantina, karena beranggapan penyintas Covid-19 sudah kebal virus dan tak  akan menyebarkan virus lagi. Benarkah anggapan ini menurut pakar kesehatan?

Sejumlah pakar kesehatan kompak menyatakan tak setuju dengan pendapat ini. Dekan di NYU School of Global Public Health, Dr. Danielle C. Ompad seperti dikutip dari Insider, Selasa mengatakan saat ini belum ada yang meyakinkan tentang risiko reinfeksi, sehingga jangan buru-buru mengambil kesimpulan tubuh sudah kebal karena sudah pernah kena infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Serupa dengan apa yang diungkapkan sejumlah pakar, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengungkapkan bahwa saat ini para peneliti masih belum tahu apakah jika seseorang memiliki antibodi berarti dia terhadap infeksi virus corona di masa mendatang.

Baca Juga: Pasca Menjadi Polemik Panjang, Dirut Jiwasraya Berjanji Mengembalikan 100 Persen Dana ke Nasabah

Salah seorang dokter yang berfokus pada penyakit infeksi di Johns Hopkins University Center for Health Security, Amesh Adalja menuturkan, terinfeksi kembali Covid-19 sangat jarang dan kemungkinan tidak menjadi perhatian selama beberapa bulan pertama pasca infeksi. Namun, dia mengakui masih perlu waktu untuk mempelajari mereka yang sudah pulih dari Covid-19.

Profesor penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, William Schaffner juga sependapat. Dia mengatakan belum tahu pasti berapa lama kekebalan, yaitu perlindungan dari infeksi ulang akan bertahan setelah seseorang pulih.

William berpendapat, bahwa tes untuk menentukan kekebalan masih baru dan mungkin tidak sepenuhnya akurat.

Baca Juga: Sindir Habib Rizieq, Moeldoko: Umumkan Hasil Swab Bentuk Tanggungjawab Moral Kepada Sesama

"Kami tidak tahu hasil tes mana yang benar-benar berkorelasi jelas dengan perlindungan. Namun kami bisa mengukur fenomena kekebalan tertentu, tapi apakah itu terkait dengan perlindungan secara langsung belum diketahui," kata dia, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari ANTARA.

Otoritas Islandia yang saat ini sedang memerangi gelombang ketiga Covid-19 telah terbuka untuk pengunjung dari Uni Eropa dan negara bagian Schengen sejak Juni. Wisatawan harus mengisi formulir prapendaftaran dan mengunduh aplikasi pelacakan Covid-19 lokal, menurut Direktorat Kesehatan Islandia.

Agar memikat lebih banyak pelancong selama liburan, pengujian Covid-19 akan gratis mulai 1 Desember 2020-31 Januari 2021.

Baca Juga: Tak Terima Foto Ibunya Dijadikan Alat Kampanye, Putra Sulung Tri Rismaharini Protes

Negara Islandia yang dihuni 350.734 orang dilaporkan memiliki 5.392 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dengan jumlah kematian 26 orang. Saat ini, bar dan klub tutup, restoran harus tutup pada jam 21.00 dan orang-orang diharapkan untuk menjaga jarak dan mengenakan masker ketika berada di lokasi publik.

Meski demikian, beberapa lokasi wisata saat ini sudah mulai dibuka untuk publik, CDC tidak menyarankan orang-orang melakukan perjalanan yang tidak penting, karena perjalanan meningkatkan peluang seseorang mendapatkan dan menyebarkan Covid-19.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x